Ekidna |
Ekidna adalah mammalia kecil yang tubuhnya
ditutupi rambut kasar dan duri. Ekidna menyerupai pemakan semut Amerika Selatan dan mamalia berduri
lainnya seperti hedgehog dan landak. Mereka memiliki moncong yang berfungsi sebagai mulut
dan hidung. Moncong mereka panjang dan langsing. Mereka memiliki kaki yang
pendek dan kuat dengan kuku besar.
Ekidna
juga adalah penggali yang handal. Mereka memiliki mulut yang mungil dan rahang
tak bergigi. Mereka makan dengan cara membuka batang kayu yang lunak, sarang
semut, dan semacamnya, dan menggunakan lidahnya yang panjang serta lengket yang memanjang
dari moncongnya untuk mengumpulkan mangsanya. Ekidna moncong pendek (Tachyglossus) terbiasa
memakan semut dan rayap dalam jumlah besar, sedangkan Ekidna moncong panjang (Zaglossus) terbiasa
memakan cacing tanah dan larva serangga.
Selain
Platipus
(Ornithorhynchus anatinus),
keempat spesies Ekidna adalah satu-satunya mamalia yang bertelur. Betina
menelurkan satu telur berbulu bercangkang
lunak 22 hari setelah kawin dan meletakkannya langsung dalam kantungnya. Telur
akan menetas setelah 10 hari; Ekidna
muda (dalam bahasa Inggris disebut: puggle) kemudian akan menghisap susu dari pori-pori kedua kelenjar susu (sebab monotremata tidak memiliki
puting) dan tetap tinggal di dalam kantung
induknya untuk 45 - 55 hari, selama kurun waktu tersebut, mulai tumbuh
duri. Sang ibu menggali lubang untuk merawat anaknya dan meletakkan anaknya di
dalam lubang. Sang ibu kembali setiap 5 hari untuk menyusui sampai berhenti
menyusui pada bulan ke-7.
1. Ekidna
moncong pendek (Tachyglossus aculeatus)
Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Short-beaked Echidna dan Spiny Anteater adalah
ekidna yang hingga kini populasi masih lumayan banyak. Jenis ekidna ini bisa
ditemui di seluruh bagian Australia
dan ditemukan juga di daerah barat daya
pulau Papua. Ekidna
jenis ini merupakan pemakan semut dan rayap. Tachyglossus
aculeatus ini oleh IUCN Redlist diberikan status konservasi Least
Concern (LC).
Tachyglossus aculeatus |
2. Ekidna
moncong panjang barat (Zoglossus brujini)
Ekidna moncong panjang barat yang
dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Western Long-beaked Echidna
adalah Ekidna yang hidup di Papua, pada
daerah dengan ketinggian di atas 1300 meter hingga 4000 meter. Ekidna moncong
panjang barat merupakan mamalia pemakan cacing tanah. Ukurannya lebih besar
ketimbang Ekidna moncong pendek dengan berat badan mencapai 16,5 kg. Moncongnya
panjang dan bengkok ke bawah. Kuku pada
kaki depan dan belakangnya berjumlah 4.
Status konservasi IUCN Redlist Ekidna moncong panjang barat adalah Critically
Endangered (CE).
Zoglossus brujini |
3. Ekidna
moncong panjang timur (Zoglossus bartoni)
Ekidna
moncong panjang timur atau Eastern Long-beaked Echidna terdapat di pulau Papua
(Indonesia dan Papua Nugini) pada daerah berketinggian antara 2000-3000 meter
dpl. Ekidna jenis ini dibedakan dengan jenis Ekidna moncong panjang lainnya
berdasarkan berdasarkan kuku yang
berjumlah 5 pada kaki depannya dan 4 pada kaki belakangnya.
Selain itu spesies langka ini memiliki bulu yang pendek dan tebal. Status
konservasi Ekidna moncong panjang timur adalah Critically Endangered
(CE).
4. Ekidna
moncong panjang Sir David (Zoglossus attenboroughi)
Ekidna
moncong panjang Sir David atau Sir
David’s Long-beaked Echidna ini dikenal juga sebagai Ekidna moncong panjang Cyclops. Ukuran tubuhnya merupakan yang terkecil
dibandingkan dua spesies ekidna moncong panjang lainnya, bahkan hampir sama
dengan Ekidna moncong pendek. Selain itu, Ekidna jenis ini baik kaki depan maupun kaki belakangnya mempunyai 5
kuku. Bulunya panjang dan lebat. Ekidna bersatatus Critically Endangered (CE) ini sangat langka. Spesies ini hanya
diketahui dari satu-satunya spesimen yang ditemukan Sir David Attenborough di
pegunungan Cyclops, Papua pada 1961.
Sejak itu hingga sekarang tidak pernah ditemukan kembali. Bahkan ekspedisi yang
dilakukan pada 2007, hanya bisa menemukan liang bekas galian Ekidna jenis ini.
Hewan mammalia unik
di dunia ini termasuk hewan langka dengan status Critically Endangered dan
terdaftar dalam CITES Apendiks II
dan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa hanya jenis Prochidna bruijni (Landak Semut/ Landak Irian) yang dilindungi. Mungkin saja Prochidna bruijni identik dengan Zoglossus brujini.
Sumber:
Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar