Jumat, November 16, 2012

Si Mamalia yang Bertelur


Ekidna     
Ekidna adalah mammalia kecil yang tubuhnya ditutupi rambut kasar dan duri. Ekidna menyerupai pemakan semut Amerika Selatan dan mamalia berduri lainnya seperti hedgehog dan landak. Mereka memiliki moncong yang berfungsi sebagai mulut dan hidung. Moncong mereka panjang dan langsing. Mereka memiliki kaki yang pendek dan kuat dengan kuku besar.

Ekidna juga adalah penggali yang handal. Mereka memiliki mulut yang mungil dan rahang tak bergigi. Mereka makan dengan cara membuka batang kayu yang lunak, sarang semut, dan semacamnya, dan menggunakan lidahnya yang panjang serta lengket yang memanjang dari moncongnya untuk mengumpulkan mangsanya. Ekidna moncong pendek (Tachyglossus) terbiasa memakan semut dan rayap dalam jumlah besar, sedangkan Ekidna moncong panjang (Zaglossus) terbiasa memakan cacing tanah dan larva serangga.

Selain Platipus (Ornithorhynchus anatinus), keempat spesies Ekidna adalah satu-satunya mamalia yang bertelur. Betina menelurkan satu telur berbulu bercangkang lunak 22 hari setelah kawin dan meletakkannya langsung dalam kantungnya. Telur akan menetas setelah 10 hari; Ekidna muda (dalam bahasa Inggris disebut: puggle) kemudian akan menghisap susu dari pori-pori kedua kelenjar susu (sebab monotremata tidak memiliki puting) dan tetap tinggal di dalam kantung induknya untuk 45 - 55 hari, selama kurun waktu tersebut, mulai tumbuh duri. Sang ibu menggali lubang untuk merawat anaknya dan meletakkan anaknya di dalam lubang. Sang ibu kembali setiap 5 hari untuk menyusui sampai berhenti menyusui pada bulan ke-7.

 1.   Ekidna moncong pendek (Tachyglossus aculeatus)
Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Short-beaked Echidna dan Spiny Anteater adalah ekidna yang hingga kini populasi masih lumayan banyak. Jenis ekidna ini bisa ditemui di seluruh bagian Australia dan ditemukan juga di daerah barat daya pulau Papua. Ekidna jenis ini merupakan pemakan semut dan rayap. Tachyglossus aculeatus ini oleh IUCN Redlist diberikan status konservasi Least Concern (LC).
Tachyglossus aculeatus















2.   Ekidna moncong panjang barat (Zoglossus brujini)
Ekidna moncong panjang barat yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Western Long-beaked Echidna adalah Ekidna yang hidup di Papua, pada daerah dengan ketinggian di atas 1300 meter hingga 4000 meter. Ekidna moncong panjang barat merupakan mamalia pemakan cacing tanah. Ukurannya lebih besar ketimbang Ekidna moncong pendek dengan berat badan mencapai 16,5 kg. Moncongnya panjang dan bengkok ke bawah. Kuku pada kaki depan dan belakangnya berjumlah 4. Status konservasi IUCN Redlist Ekidna moncong panjang barat adalah Critically Endangered (CE).

Zoglossus brujini

















3.   Ekidna moncong panjang timur (Zoglossus bartoni)
Ekidna moncong panjang timur atau Eastern Long-beaked Echidna terdapat di pulau Papua (Indonesia dan Papua Nugini) pada daerah berketinggian antara 2000-3000 meter dpl. Ekidna jenis ini dibedakan dengan jenis Ekidna moncong panjang lainnya berdasarkan berdasarkan kuku yang berjumlah 5 pada kaki depannya dan 4 pada kaki belakangnya. Selain itu spesies langka ini memiliki bulu yang pendek dan tebal. Status konservasi Ekidna moncong panjang timur adalah Critically Endangered (CE).

4.   Ekidna moncong panjang Sir David (Zoglossus attenboroughi)
Ekidna moncong panjang Sir David atau Sir David’s Long-beaked Echidna ini dikenal juga sebagai Ekidna moncong panjang Cyclops. Ukuran tubuhnya merupakan yang terkecil dibandingkan dua spesies ekidna moncong panjang lainnya, bahkan hampir sama dengan Ekidna moncong pendek. Selain itu, Ekidna jenis ini baik kaki depan maupun kaki belakangnya mempunyai 5 kuku. Bulunya panjang dan lebat. Ekidna bersatatus Critically Endangered  (CE) ini sangat langka. Spesies ini hanya diketahui dari satu-satunya spesimen yang ditemukan Sir David Attenborough di pegunungan Cyclops, Papua pada 1961. Sejak itu hingga sekarang tidak pernah ditemukan kembali. Bahkan ekspedisi yang dilakukan pada 2007, hanya bisa menemukan liang bekas galian Ekidna jenis ini.

Hewan mammalia unik di dunia ini termasuk hewan langka dengan status Critically Endangered dan terdaftar dalam CITES Apendiks II dan dalam Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa hanya jenis Prochidna bruijni (Landak Semut/ Landak Irian) yang dilindungi. Mungkin saja Prochidna bruijni identik dengan Zoglossus brujini.

Sumber:
Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar